Supporter Indonesia

Andik blog
“ Kamu yang ambil bola matinya ! “, perintah coach berambut pendek sambil menunjuk kearah salah satu punggawa sepakbola Timnas yang bertubuh munggil itu.

Andik perlahan berjalan mengambil bola itu, meletakkannya dititik tepat dilokasi temannya jatuh akibat ter-tackle tadi.

Lalu, ia mundur beberapa langkah kebelakang. Terlihat megah stadion kebanggaan bumi pertiwi berhiaskan atribut merah putih sebagai bukti nasionalisme warganya. Pemain yang lain bersiap serta berharap cemas dengan free-kick yang diambil oleh Andik. Pemain lawan pun terjaga untuk meng-cover ­garis pertahanannya.

Sambil menekuk kedua tangan ketubuh, menghela nafas, ia memejamkan mata untuk sesaat. Membuka mata. Lalu ia mengambil kuda-kuda untuk bersiap menendang. Tiga langkah ia berlari menuju si kulit bundar dan menendang. Bola yang ia tendang dengan power penuh melesat dengan cepat dan tak dapat ditahan oleh penjaga gawang musuh.   Semua supporter Indonesia serempak berteriak, “Gooooool !“.

Singkat cerita Gol tunggal Andik membawa Merah putih menang. Disetiap Pelosok negeri maupun jejaring sosial terlihat  membanggakan Timnas, mendewa-dewakan Timnas dan memuja Timnas. Bagi mereka, sekarang Merah putih adalah segalanya. Nasionalisme to the max ! Inilah merah putih!, teriak mereka.

Pada moment berikutnya adalah final dari sebuah kompetisi yang diikuti oleh Timnas Merah putih. Geloran Bung Karno, semua beratribut merah putih. Garuda pancasila ada dimana-dimana. Kobaran semangat mereka membuat suasana bangku cadangan serta pemain memanas.

Laga berlangsung sengit, emosi supporter terbawa akan sengitnya laga final ini. Ajang angkat thropy kompetisi adalah yang paling mereka tunggu. “ Indonesia ! “, teriaknya.

Mala petaka, diujung pertandingan Timnas kebanggaan bumi pertiwi kebobolan dan tidak dapat dikejar lagi hingga peluit panjang berbunyi. Merah putih hanya dapat finish dikompetisi sebagai runner-up bukan juara.

Semua pemain tertunduk lemas dan melangkah sambil tertunduk lesu menuju ruang ganti. Andik perlahan melewati sisi pintu keluar yang berdekatan dengan kursi supporter , langkahnya sempat terhenti ketika ia mendengar suara dari tribun merah putih,

Bodoh ! Mereka tidak bisa bermain bola, memalukan Indonesia  !“
hatii
                                            ***END***
Flash-fiction pertama gua, dibuat dalam rangka tugas tambahan rekruitasi UKM Masyarakat Jurnalistik ITT 2012 silam. Semoga bisa diambil nilai moralnya serta sebagai ajang buat bareng-bareng intropeksi diri ya.
Yuk mari dikomeng!
Previous
Next Post »
2 Komentar
avatar

Memang terkadang suporter kita hanya melihat dari satu sisi. Nice posting, semoga dengan flash fiction ini sedikit memberikan pencerahan buat supporter Indonesia. Terus berkarya Jack!

Balas
avatar

Yap! benar. Tambahan juga, bahwasanya supporter sejati itu bukan hanya mendukung disaat menang saja, tetapi juga kalah.

Thanks sudah mampir buh. Keep going on too!

Balas