RELATIOSHIT: Menyibak Keapesan Hubungan Sosial Versi Alit (Alit Susanto)

Relationshit
Mohon maaf lahir batin. Masih suasana lebaran kan?
Berbicara tentang lebaran, berbicara juga tentang kumpul-kumpul. Bertukar pikiran, cerita pengalaman, berpendapat segala jenis yang bisa jadi bahan obrolan, yang jelas dan pasti karena kita human-social, membutuhkan orang lain untuk menjaga kelangsungan hidup. Tapi sayang, akhir-akhir ini gua merasa predikat human-social sudah mulai bergeser menjadi human-media-social. Gua nggak akan menyalahkan orang-orang yang ketika kita berkumpul malah sibuk menyendiri dengan gadget-nya, mungkin kitalah yang perlu untuk lebih berintropeksi diri. Mungkin.
Oh iya, ngomongin soal dunia sosial pasti ada kaitannya dengan hubungan/relation. Udah pernah baca buku Relationshit belum? Yuk simak review-nya.  

cover-1b
Judul Buku : RelationshitPenulis : Alitt SusantoISBN : 602-220-124-1Penerbit: BukuneTerbit : Mei 2014, Cetakan PertamaTebal : 230 HalamanHarga : Rp 47.000,-

“Loh? Kok, marah? Salahku apa?” Entah pertanyaan semacam ini udeh gue ucapin berapa ratus kali ke Gita.
”Salahmu apa?! Salahmu ngaret!”
”Eh? Aku on-time, loh! Kamu bilang filmnya mulai pukul tiga, ini masih 45 menit lagi sebelum filmnya dimulai.” Gue berusaha tetep ngeyel karena ngerasa benar.
”Pukul tiga apanya?”
Gue ngerogoh kantong celana untuk mengambil hape gue. Terus gue buka kolom chat terakhir kami dan menunjukannya ke Gita. Disitu jelas tertulis bahwa Gita beli tiket untuk film pukul 3.
”Nih! Kamu sendiri yang nulis pukul 3. Kok aku yang disalahin, sih!”
”Ah …. itu kan aku typo! Harusnya aku nulis 13:00.
JADI COWOK PEKA DIKIT, KEK!”
Gita mengakhiri perdebatan kami sore itu dengan membanting pintu rumahnya. Gue pulang sambil baca surat al-Baqoroh sepanjang jalan. (Kalimat Ajaib Gita, Relationshit)


Menghadapi cewek kayak diatas, cuma sebagian kecil dari banyaknya keribetan soal hubungan. Ya, sepajang pengalaman jadi manusia (yang dulu tapir), gue berhasil mempelajari satu hal; kita semua harus ‘berhubungan’ dengan sekitar. Bentuknya macam-macam; bisa percintaan, persahabatan, persaudaraan, permantanan dan perseroan.
Dalam buku ini, ada cerita tentang usaha gue jadi kakak yang baik, cucu yang berbakti, pacar yang bisa diandalkan, sampai jadi pria yang ngomong sama mobilnya. Emang nggak semuanya berhasil karena rintangan selalu ada. Tapi, dalam kegagalan gue belajar untuk jadi lebih baik, dan mencegah relationship tidak menjadi Relationshit. — Alitt Susanto

Jujur, sebenernya gua nggak ngikutin bukunya Alitt, baik dari yang Shitlicious, lalu ke Skripshit maupun yang baru Relationshit, gua cuma ngikutin blognya aja. Tetapi beberapa hari silam, disela waktu magang pemkot Bandung, gua nyempetin mampir sejenak ke Gramedia Bandung, eh nemu deh ini barang. Karena dipojok novel yang gua lihat cuma buku ini doang yang punya x-banner, gua beli deh. Simpel sih.

Awalnya sih gua mikir ini novel isinya sebatas tulisan pop tentang dunia percintaan, soalnya kalo dilihat dari judulnya, ada relation-relation-nya. Ternyata nggak, Alitt mengemas novel ini dengan kumpulan ceritanya dalam menjalin sebuah hubungan, bukan cinta lawan jenis doang, tapi hubungan bersaudara, pertemanan hingga benda mati sekalipun. Asli absurd dah!
Selain diselingin artwork-artwork lucu disetiap ceritanya, ia juga meracik setiap cerita dengan bumbu komedi ditambah dengan unsur romantisme dan yang paling penting, disetiap ujung cerita selalu saja ada pesan moral dan motivasi yang mengetuk hati. Suer! Bikin pengen baca terus sampe cover belakang sekalipun.

Namun menurut gua pribadi nih, masih menyayangkan novel ini tidak mempunyai daftar isi, jadi ya kalo kita mau pindah bacaan berdasarkan judulnya, repot juga nyari satu-satu. Tapi tenang, Alitt menyajikannya dengan gaya tulisan pop, terkadang tulisan pop emang sangat dibutuhkan guna menambah minat membaca. Setau gua sih gitu. Jadi buat kalian yang awalnya males baca, jadi makin rajin membaca yaa karena tulisannya mudah dipahami. Bener kan?
Satu nih, bab favourite gua, judulnya Love in Different Religion. Cerita yang mengisahkan pengalaman Alitt yang berhubungan dengan Maria, gadis yang berbeda iman. Tapi sayangnya si Alitt memilih selingkuh karena merasa bingung akan ujung dari perjalanannya cintanya nanti, dan yang lebih takjubnya lagi si Maria nggak marah saat tahu si Alitt selingkuh. Tapi yang gua sorotin bukan tentang si Marianya yang nggak marah, tapi bagaimana Alitt dalam pengalamannya mengajarkan kita untuk saling menjaga perasaan dan saling menghargai satu sama lain. Sederhana sih premisnya, tapi bermakna dalam. Penasaran? Makanya baca! HA HA HA

Nih quote kesukaan gua, yang sempet gua kutip; ‘Jalanin aja dulu’ yang akhirnya akan berubah menjadi ‘mau dibawa kemana’,

lalu Jodoh sudah ditentukan Tuhan, kalo manusianya sendiri tidak yakin dengan pilihan itu, hubungan itu tidak akan bertahan,

dan yang terakhir Hubungan cinta itu bukan melulu tentang mengejar finish-line, tapi tentang bagaimana kita menjalani dan menghargai prosesnya.

Aji mumpung kalo kata orang dulu, nggak berapa lama gua beli Relationshit, @1arah —salah satu komunitas di kampus gua— menghelat pelatihan menulis dan mengundang Alitt Susanto sebagai pemateri utamanya. Makin afdol deh ini buku bisa ketemu tanda tangan penulisnya langsung.


oke
Terakhir nih, intinya buat kalian yang pengen belajar tentang sebuah hubungan dengan sekitar agar tetap menjadi relationship bukan relationshit, Beli dan milikilah buku ini. Dengan membeli buku ini anda juga cukup turut berkontribusi mengapresiasi salah satu seniman sastra lokal kita. Recommend!

Yuk mari dikomeng!
Previous
Next Post »
3 Komentar
avatar

Belum punya bukunya, tetapi sudah punya gambaran gimana isinya lewat review ini.
Mau segera beli rasanya :D

Balas
avatar

Beli brooh. Kalo belum masuk di gramedia kotamu, pinjem punya gue aja hahaha.

Balas
avatar

Jadi sekarang gue yg dibikin iri karena lu udah dapet ttd nya bang alit T.T

Balas