Aku Tidak Mencintaimu


illustraed cerpen blog copyRegards! Cerpen ini sudah lama dibuat, hanya saja kali ini gua remake lagi dan sedikit revisi agar terlihat menarik. Semoga tertarik untuk membaca!



AKU TIDAK MENCINTAIMU
@JakaESembodo
oioik
‘Ketulusan seseorang tak akan pernah datang dua kali’ , kalimat itu kerap sekali berasa keramat bagiku. Khususnya menorehkan arti yang sangat mendalam disini, direlung hati.

19 Juni 2009

Cahaya, tapi aku lebih familiar dipanggil dengan Aya. Pria itu, pria yang awalnya aku hanya mengganggap ia sebagai teman biasa, perlahan teman biasa itu melebur menjadi sebuah rasa yang sulit aku jelaskan. Tapi yang aku ingat, saat pertama kali kami kenalan, dia menatapku dengan sebuah tatapan yang berbeda. Jelas sekali, ia mengajak jabat tanganku dengan sedikit canggung kemudian berkata,
“Nama.. namaku Adit Pamungkas, Panggil Adit aja, he he”. Masih begitu bocah.

Lalu seiring dengan bergulirnya waktu, aku merasa ia suka padaku. Mungkin aku tidak terlalu paham dengan alasannya, tapi itu terbukti dengan ia sering memenuhi inbox ponselku setiap malam, lalu sering berkunjung kerumahku, lalu pada saat masih sekolah, ia sering sekali masuk ke kelasku dan meledekku. Aku tahu, dengan caranya begitu ia berusaha menarik perhatian dariku.

Seperti yang aku katakan sebelumnya, ia hanya teman bagiku. Tapi perlahan ia membuatku mengerti akan arti sebuah maksud yang lebih dari sekedar teman. Ya, mungkin aku telah jatuh hati juga padanya.

Ya, mungkin sudah saatnya aku mengatakan ini padamu. Sejak awal kita bertemu, aku merasa, inilah adalah love in first sight. Ya, Hati ini telah memilih. Ketulusannya telah memilih untuk mencintaimu. Aku mencintaimu Ya. Maukah kau menjadi pacarku?“

Jelas. Kalimat itu masih sangat terekam jelas sekali dimemoriku. Kalimat absurd yang ia keluarkan ditengah perbincangan kami diruang tamu rumahku sore itu, berhasil membuat ku speechless total. Kenapa tidak, baru kali pertama ini aku mendengar seseorang menyatakan perasaannya langsung kepadaku. Aku tak mampu menolaknya. Aku merasa seolah-olah hati ku seutuhnya telah ia ambil. Alhasil sejak sore itu, kami resmi menjadi sepasang kekasih. Kami pacaran.


oikiu

Hari–hari itu aku jalani dengan sesuatu yang berbeda dengan hari-hari sebelumnya, lebih tepatnya, semuanya berbeda setelah sore itu. Puisi indah, ucapan selamat pagi, jangan lupa makan, hati-hati dijalan, dan tentunya pesan yang berakhiran dengan embel-embel ‘sayang’, selalu menghiasi kehidupanku. Harus ku akui, hari-hari itu adalah hari yang sangat indah.
Kami –Aku dan Adit- saling mencoba memahami satu sama lain, mencoba mengerti lebih akan hadirnya sebuah cinta diantara kami. Jujur saja, aku yang baru kali pertama ini pacaran merasa hal ini agak ‘parno’. Walaupun terkadang aku sering canggung kepadanya, tapi aku telah mencoba untuk menjalaninya, biarkan ini mengalir seperti air. Lebih tepatnya air yang bermuara ke samudera langit tujuh bidadari. Oh indahnya.

Aku juga ingat ketika suatu malam ia berkunjung kerumah ku. Ia memberikan ku sebuah kalung berbentuk setengah hati. Dengan perkataannya,

Ya, aku membuatkanmu sesuatu nih (Lalu ia mengeluarkan dua buah kalung berbentuk setengah hati), ini untukmu satu. Tolong jaga setengah hati ini untuk ku ya, dan aku jaga setengahnya untuk mu, Jika kita bersama, ini akan menjadi sebuah hati yang utuh. Aku dan kamu dalam satu cinta yang utuh“
Dan untuk sekian kalinya, Adit berhasil membuat ku terpana dan membisu. Aku terpaku akan nuansa romantis yang dialunkan oleh cintanya. Aku bahkan tidak tahu ini akan bertahan berapa lama. Aku berharap hujan cinta ini tak segera cepat reda.

                                                                                                                    okioki

Bergantinya hari, semua berjalan seperti biasa. Hingga batin ini merasakan sesuatu yang perlahan mulai membebaniku. Sikap Adit perlahan seakan-akan membuatku merasa tidak nyaman. Ia kerap sekali mengajakku untuk text-ingan dikala aku sedang tidak mood. Atau mungkin memaksa ku untuk tetap dirumah ketika ia akan berkunjung kerumahku. Dan lebih laginya, ia terlihat seperti hyperprotective terhadapku. Melebihi orangtuaku, ia selalu melarangku melakukan sesuatu hal yang baginya itu berbahaya dengan alasan agar aku baik-baik saja. Ya, aku selama ini baik-baik saja kok, sebelum kenal dia aja aku tetap baik-baik saja kok. Aku merasa risih sekali.

Puncaknya, ketika kami akan menghadapi ujian akhir sekolah, ia perlahan menjadi beban terberat bagiku. Aku ingin hubungan ini segera berakhir, akhiri segera. Aku sudah tidak tahan lagi. Raga dan logika ini mau segera mengakhirinya, tapi keberanian hati ini masih belum mampu. Belum mampu untuk menyakiti hatinya dengan keputusanku.

Setelah ku pikirkan matang-matang, sudah ku bulatkan, aku yang akan mengakhiri hubungan ini. Ini demi melepaskan beban yang ada dipundakku, demi ujian akhir sekolah, demi masa depan dan tentunya demi kebaikan kita bersama. Ku ketik sebuah message diponsel ku, lalu ku kirim ke dia.  
‘Dit, aku mohon maap sebesar2nya padamu. Aku mau hubungan kita segara berakhir. Lebih baik kita berjalan masing-masing.’
Setelah itu, ia berulangkali menelpon ku, tapi aku tidak menghiraukannya. Walaupun hati ini berat untuk melakukannya, tapi aku yakin ini adalah keputusan yang terbaik. Terbaik untuk kami berdua.

Keesok sorenya iya datang kerumahku. Aku tahu, maksud kedatangannya pasti tentang tadi malam. Lalu kami berdua duduk dikursi yang ada diteras rumahku, ku lihat wajahnya perlahan mengisyaratkan banyak sekali pertanyaan. Ku ingat sekali, ia yang memulai percakapan kami.

“Kamu serius Ya dengan pesan tadi malam? kamu kenapa, apa aku adalah denganmu?“

Aku bahkan tak mampu mengatakan apa-apa saat ia mengatakan itu pada ku. Aku hanya mampu menganggukan kepala. Lalu ia bertanya lagi.

“Aku mau mendengarnya langsung dari mulutmu, Ya

“Iya dit, Aku mau kita jalan masing-masing, aku tidak tahu alasannya apa, aku hanya merasa terbebani, kita putus Dit, Maaf. “

Tidak, aku bahkan tidak tahu kenapa aku bisa mengatakan hal sesakit itu kepadanya. Ku sempatkan menatap matanya, bola matanya seperti melukiskan hati yang sedang terhujam keras. Aku tidak bermaksud seperti itu, aku yakin itu demi kebaikan kita.

“Aku tidak tahu ini kenapa Ya, aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan, jika memang kamu menginginkan kita putus, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya ingin kamu percaya, cintaku tulus untukmu. Walaupun kita sudah tak bersama lagi, tapi hatiku seutuhnya untukmu. Terimakasih. “

Aku bahkan tak mampu menatap matanya lama-lama, matanya seolah-olah berusaha menopang buliran air agar tidak jatuh. Sakit sekali. Aku bahkan tidak mengerti apa yang telah aku lakukan.  Aku hanya mampu mengucapkan maaf kepadanya, dan ku lihat ia segera pamit pulang.

Aku tahu Dit, kamu tulus, tapi aku rasa dengan beginilah kita akan menjadi lebih baik. Terimakasih banyak atas waktunya. Mungkin sudah saatnya sekarang kita berjalan sendiri. Sudah saatnya kita merancang dan meraih masa depan kita masing-masing.


okikokk
 
17 Januari 2012

Aku tersenyum sambil membersihkan debu di kalung setengah hati yang pernah Adit kasih kepadaku. Lucu sekali sampai sekarang aku masih ingat jelas kisah cinta ku dulu dengannya. Kini aku sudah duduk dibangku kuliah tahun ketiga. Berarti sudah lama sekali kisah itu, ya, terkadang terbesit juga dalam benak ku tentang rindu untuk mengulanginya lagi.

Hari-hari ku sekarang sepertinya dipenuhi dengan kenangan masa lalu. Aku sekarang sering sekali chatinggan dengan Adit –Pacarku dulu- walaupun hanya sekedar menanyakan kabar dan bercanda. Tapi aku seolah-olah mengerti maksud Adit, mungkin ia masih menyimpan rasa yang sama seperti dulu, aku percaya ia adalah orang yang setia. Semoga aku tidak begitu naif. Begitu juga denganku, walaupun aku yang memutuskan untuk mengakhiri hubungan kami dulu, sampai saat ini aku bahkan tak mampu beralih ke pria lain, namanya selalu ada direlung ini. Adit.  
                                                       
Hingga suatu hari Adit mengajakku untuk ketemuan disebuah Kafe yang kebetulan lokasinya tidak jauh dari kampusku dan kampusnya, dan kebetulan juga kami meneruskan kuliah dikota yang sama. Apa mungkin ini adalah salah satu cara Tuhan untuk menyatukan kami kembali?

20 Januari 2012 , 15.00 WIB

Di Kafe tempat kami berjanjian, aku duduk sendirian sambil clingak-clinguk melihat keluar. Sepertinya aku datang kecepatan deh, pikirku.  Sembari menunggu, aku memesan segelas teh hangat. Aroma teh yang begitu wangi cukup untuk menemaniku memandang langit yang  mulai terlihat mendung.
“ Udah lama, Ya?”, tanya Adit yang seketika menyadarkanku dari lamunan.

“Eh Adit.. Oh ga terlalu juga Dit“, balasku dengan senyum.
Ia sudah tidak seperti dulu lagi. Ia lebih rapi, dan seperti ia juga lebih tampan dari tiga tahun lalunya. Jujur saja, selama kami kuliah, kami tidak pernah menghubungi satu sama lain. Walaupun kami satu kota, aku tidak tahu apa yang menyebabkan kami tidak pernah saling bertemu. Mungkin karena kisah masa lalu kami.

Adit lalu duduk didepanku, “Wah udah lama ya kita gak ketemu. Apa kabar kamu ,Ya? “

“Iya Dit, lama banget , padahal kita satu kota kan. Aku baik kok. Kamu apa kabar? “

Percakapan seperti orang lagi reuni. Seperti orang yang sudah lama sekali tidak berjumpa. Iya sih, sudah tiga tahun lamanya kami tidak berjumpa. Mungkin benar apa kata orang, obat yang paling tepat bagi setiap insan yang memiliki penyakit ‘rindu’ adalah bertemu. Kami merasakannya sekarang, dimana semua pertanyaan tentang apa kabar dan rindu ataupun lainnya terobati oleh pertemuan di kafe ini. Aku tidak tahu apa yang ia rasakan, tapi aku merasa kami kembali seperti dulu, dimana kami masih menjadi sepasang kekasih.
Lalu percakapan kami menyusut ke tentang hal yang agak serius. Ini tentang kisah lama kami yang seakan-akan minta di angkat kembali. Apa mungkin dia akan mengajakku untuk balikan? Apa mungkin apa yang ia rasakan sama dengan yang sekarang aku rasakan. Hati ini selalu bersenandung, aku masih mencintaimu, Dit.
Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya. Sebuah kalung, lebih tepatnya kalung setengah hati yang pernah ia kasih ke aku satunya dulu.

“Kamu masih ingat ini, Ya?“

“Masih Dit. Kenapa?“

“Aku dulu pernah mengatakan, kita menyimpan setengahnya masing-masing, aku menjaganya untukmu dan kamu menjaganya juga untukmu. Iya kan?“

“Hmm. Iya. Dan saat kita bersama itu menjadi satu kan?“ jantungku mulai berdegup sedikit kencang mendengarkan ia mengatakan hal itu.

“iya, ternyata kamu masih ingat. Tapi maksud yang ingin kukatakan padamu saat ini. Aku mau memberikan setengahnya ini untukmu.”

“Ha?! Kamu kenapa dit? Maksudnya “, aku mulai merasakan hal yang aneh, semoga ini hanya sekedar prasangka saja, pikir ku.

“Maksudnya…. aku sekarang sudah menjadi pria yang pencundang, pria yang tidak mampu menepati janjiku. Janji yang dulu aku akan setia kepadamu. Semuanya hanya omong kosong“, tukasnya begitu tegas.

Jleb. Semuanya diluar perkiraanku. Aku tidak menyangka ia akan mengatakan hal ini padaku.
“Dit, aku mohon maaf atas kesalahan ku dulu. Mungkin aku terlalu naif, tapi sampai sekarang aku masih menjaga kalung hati ini untukmu.“

Ya, maafkan aku. Yang lalu biarlah berlalu, aku sudah menemukan penggantimu. Ku harap kamu juga bisa menemukan pengganti ku. Terimakasih“, kulihat Ia mulai berdiri dari kursinya.
sebuah kata singkat darinya yang membuat aku terdiam membisu, “Ya, Aku pamit dulu”

Sesaat Adit keluar meninggalkanku dan kalung setengah hati itu. Aku masih sempat tidak percaya akan hal ini. Aku segera menghampiri cepat kearah Adit yang sudah berada dipintu keluar Kafe.

“Dit, apa kamu serius dengan ucapanmu? “, tanyaku dengan penuh rasa tidak percaya.

“Aya, terimakasih banyak. Tolong lupakan aku. Mulai sekarang, carilah pengganti ku.“
Lalu ia menatap mataku dengan tatapan serius dan berkata,

“Aku tidak mencintaimu lagi seperti aku mencintaimu dulu.“

Adit lalu meninggalkanku sendirian yang masih terdiam didepan pintu kafe. Mungkin sekarang aku yang harus belajar, belajar bahwa cinta yang tulus itu tidak pernah datang dua kali. Dan hati ini akan terus belajar untuk mengatakan ,

“Dit, aku tidak mencintaimu, seperti aku mencintaimu kemarin
okiokl
**END**




Thanks buat yang sudah baca atau hanya sekedar lihat doang. Cerpen ini gua buat dengan terinspirasi dari lagu “I don’t Love you” –nya My Chemical Romance. “I dont love you, like I did, yesterday~ … “

Selow, ini full-fiction kok. Tidak ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Siapa tau dari cerpen ini bisa jadi pembelajaran juga buat kita, untuk saling menjaga dan menghargai perasaan sesama dan juga, jangan sia-sia-kan hati yang tulus yang pernah mampir ke kita. Tapi jangan kayaknya ending-nya. Loh?

Yuk mari dikomeng!

Copyright and illustrated by Jaka E Sembodo
Previous
Next Post »
17 Komentar
avatar

Yak! ada bang Satrio. 'Ehem' buat apa dulu nih?

Balas
avatar

Oit. Ada pak Hafiz. Terimakasih telah berkunjung. Arigatou!

Balas
avatar

Wah, tadi kirain bakal balikan. Tapi ternyata ... nyesek juga :')

Balas
avatar

Halo Andrea! Salam kenal.

Iya, lagi pengin aja bikin yang twist-nya nyesek gitu. Lumayan berhasil berarti nih twist-nya. :D

Terimakasih telah mampir. Jangan bosen-bosen yak kesini. #HappyBlogWalking #TukeranLinkBlog

Balas
avatar

Halo Putri! Salam kenal.

Terimakasih ya telah baca dan telah berkunjung kesini. Jangan bosen-bosen ya.

#TukeranLinkBlog #happyBlogWalking

Balas
avatar

Ini cerita pengalaman penulis, bagus ceritanya. Haha
Mampir juga gan di blog saya http://last-puzzle.blogspot.com/ #HappyBlogging :D

Balas
avatar

Terimakasih sudah dibilang bagus. Yee, udah dibilang 'Full-fiksi' juga.
Masih aja dibilang pengalaman. Sudahlah. Bodoh amatlah.

Oh iya, Terimakasih telah berkunjung. :D

Balas
avatar

Akhirnya kisah yang waktu itu beneran dibikin cerita juga. Bagus juga cerpennya, dengan sedikit improvisasi dari pengalaman pribadi. Semangan qaqa...

Balas
avatar

Halo 'Anonymous', orang yang menyembunyikan namanya dikomentar.
Kisah yang waktu itu? dari pengalaman pribadi? Maap saya tidak bisa berkomentar lebih buat seorang 'Anonymous', mungkin anda lagi terserang Sotoyisme Syndorme.

Terimakasih sudah mampir.

Balas
avatar

akhirannya mirip cerpen gua, tapi gak mirip banget sih. Cuma suasana kafe nya sama hahaha. keep going jeks!

Balas
avatar

Wah ada kak Amels. Thanks yo udah mampir.

Mirip endingnya? Apa mungkin kita .......,
satu pikiran? Sudahlah.

Keep going on juga kak!

Balas
avatar

Wah dikunjungin balik. Masih belajar bung. Thanks udah mampir.

Balas