Showing posts with label #bookreview. Show all posts
Showing posts with label #bookreview. Show all posts

NGENEST: Mengetawakan Hidup Ala Ernest (Ernest Prakarsa)

untuk review
Bapak gua pernah bilang, “Jak, kalo hape kamu rusak, masukin aja kedalam beras, ntar bisa bener sendiri”. Awalnya sih masih terdengar layaknya sebuah lelucon. Maklum, balada hape sering rusak bikin sesuatu yang serius jadi candaan nih. Usut di usut ternyata suhu yang ada didalam tumpukan beras lumayan hangat untuk mengembalikan suhu hape yang rusak.  Apes banget.
Oh iya, ngomongin tentang apes, pernah baca bukunya Ernest Prakarsa yang judulnya Ngenest; ngetawain hidup ala Ernest? Yuk simak review-nya!

TWIRIES: Berjelajah Dunia Si Kembar (Eva R dan Evi R)

untuk review
Masih suasana kemerdekaan ya sekarang? Jadi beberapa waktu yang lalu, gua sempet nemuin sebuah tulsan oleh seorang teman yang nggak perlu disebut namanya, kalo nggak salah tulisannya gini, “Dirgahayu Indonesia ke-69 buatlah kami bangga menjadi bangsamu”.  Rada janggal? Iya, maksudnya gini, dari sana seakan-akan dijelaskan bahwa negeri ini lah yang harus berupaya membuat kita bangga karena kita tinggal disini. Miris. Ah daripada sotoy gua bertambah luas mending gua jelasin di-next post aja kali ya.
Oh iya, berbicara tentang merdeka, selalu ada aja hal-hal yang bisa dibandingkan, mulai dari industri seni kita dengan negara luar, pariwisatanya dan banyak lagi. Ngomongin tentang perbandingan, kalian udah pernah baca buku Twiries belum? Yuk simak review-nya.

RELATIOSHIT: Menyibak Keapesan Hubungan Sosial Versi Alit (Alit Susanto)

Relationshit
Mohon maaf lahir batin. Masih suasana lebaran kan?
Berbicara tentang lebaran, berbicara juga tentang kumpul-kumpul. Bertukar pikiran, cerita pengalaman, berpendapat segala jenis yang bisa jadi bahan obrolan, yang jelas dan pasti karena kita human-social, membutuhkan orang lain untuk menjaga kelangsungan hidup. Tapi sayang, akhir-akhir ini gua merasa predikat human-social sudah mulai bergeser menjadi human-media-social. Gua nggak akan menyalahkan orang-orang yang ketika kita berkumpul malah sibuk menyendiri dengan gadget-nya, mungkin kitalah yang perlu untuk lebih berintropeksi diri. Mungkin.
Oh iya, ngomongin soal dunia sosial pasti ada kaitannya dengan hubungan/relation. Udah pernah baca buku Relationshit belum? Yuk simak review-nya.  

5CM: Antara Persahabatan, Cinta dan Nasionalisme (Donny Dirgantoro)



Nilai itu penting. Sebuah titik acuan tentang diri kita akan usaha, tanggung jawab dan pekerjaan kita. Tapi yang paling penting itu adalah ilmu. Ilmu itu penting. Sebuah konsep yang membuat kita lebih mengerti dan paham tentang harfiah pengetahuan. Dari Ilmu kita bisa dapat nilai. Lalu dari nilai, juga kita juga bisa dapat ilmu. Warna hijau itu lebih bagus. Warna biru tetap yang terbagus. Duluan ayam baru telor. Tapi ayam lahir dari telor. Semua argumen diatas keren, semuanya hebat, semua benar. Tidak ada yang salah. Kita tidak bisa menge-judge ini salah, itu salah. Ini hanya lah muslihat kata yang dipakai oleh pembuat lomba debat  agar kompetisi terlihat memanas. Lo tahu ? kacamata setiap orang itu berbeda bung. Sekali lagi gua luruskan, ‘Membanding-bedakan’ itu bukanlah sebuah SOLUSI.