[Wedha Pop Art Portrait]
Pak (Kak) Nuryanto - WPAP
[Wedha Pop Art Portrait]
Berbicara masalah Handphone teman-teman, mungkin sekarang sudah bukan hal yang tabu lagi telinga kita. Setiap aktivitas, setiap orang, hampir semuanya selalu membutuhkan handphone. Mulai dari anak-anak sekolah, mamang-mamang yang kerja kantoran, bapak-bapak yang kerja didapur, ibu-ibu yang bikin bangunan, sampe anak alay mahluk Tuhan yang paling laknat juga butuh handphone. Handphone sebagai kebutuhan primer memang kejam.
Kita tahu, hal yang paling penting dan tak dapat di ulangi bagi setiap manusia adalah waktu. Terimakasih, terimakasih banyak sekali lagi buat teman-teman yang sudah menyempatkan waktunya mampir disini, baik sekedar melihat, membaca atau bahkan stalking/kepo.
Nama Jaka Eka Sembodo. Sering dipanggil bang Jeck. Masih mahasiswa kok. Ibu Sumatera, Bapak Jawa, lahir di Bangka.
Gua punya mimpi, gua mau menjadi seorang seniman besar. Terus kalau mau ngantor, nggak perlu ke kantor, kantornya bisa dimana-mana. Terus punya karya yang bisa membanggakan Indonesia. Tak lupa juga mendirikan galeri pribadi, soft-launching-nya nanti jadi tempat reunian teman SD, SMP, SMA dan kuliah. Bayar kuliah adik hingga lulus, naik haji orang tua. Kalau udah mapan, baru deh ngelamar anak orang, punya satu orang istri dan dua orang anak, pertama laki-laki dan kedua perempuan. Mungkin Ibu mau mantu Palembang, mungkin bapak mau mantu Solo, bebas deh, yang penting istri-able. Bikin perusahaan seni sendiri, bikin rumah sendiri. Terakhir hidup sakinah mawadah warohmah hingga husnul khotimah.
Terakhir, semuanya dimulai dari blog ini. Terimakasih.
Dear Jaka Eka Sembodo
di 2014
Malem. Disini, ditahun ini semua lagi mempersiapkan perayaan untuk menyosong tahunmu disana. Apa kabarmu disana? Sehat? Alhamdulillah disini saya, sebagai dirimu dimasalalu ini sedang sedikit ‘Pincang’.
Saya hanya mau melaporkan, bahwa dirimu dimasa 2013 ini berjuang dengan banyak pejuang. Mungkin jika ada yang dari 2012 juga, dia akan bilang serta bertanya, “Sudahkah target yang kau rancang dipenghujung tahunku terwujud sekarang?“
Sudah saatnya saya akui kepadamu, wahai engkau yang ditahun 2014, maap saya gagal.
Walaupun tidak semuanya gagal, saya akui, target yang sampai sekarang sudah tercapai, masih jauh dari ekspetasi yang sudah saya kerjakan pada tahun ini. Malang, dulu saya menargetkan untuk menginjakan kaki ditanah biru pada saat ditahunmu nanti. Nyatanya, saya berhasil kesana, tahun ini dua kali. Sebuah pencapaian yang maksimal. Saya rasa.